Pengemasan merupakan bagian akhir dari suatu proses produksi bahan pangan
atau produk lainnya. Pengemasan berguna untuk meningkatkan daya penerimaan
konsumen, juga mengurangi derajat kerusakan yang terjadi selama pengangkutan
produk. Pengemasan juga merupakan salah satu cara untuk melindungi atau menambah
daya simpan produk pangan maupun non pangan. Pengemasan tidak hanya bertujuan
untuk mengawetkan, tetapi juga menjadi sarana penunjang pada transportasi,
distribusi, dan menjadi bagian penting dari usaha untuk mengatasi persaingan
pemasaran produk. Saat ini, industri pengemasan didominasi oleh bahan-bahan
pengemas berbahan dasar plastik. Hal ini mengakibatkan meningkatnya limbah
plastik di dunia termasuk Indonesia. Parra et
al. (2004) menyatakan saat ini sekitar 150 juta ton plastik diproduksi di
seluruh dunia setiap tahunnya, sebagian besar plastik ini menyebabkan polusi
lingkungan.
Pengemas plastik yang umum digunakan adalah jenis polyethylene, polystirene, polyvinylchloride
(PVC) dan resin yang banyak menimbulkan dampak yang tidak baik diantaranya
merusak lingkungan karena tidak dapat terdegradasi secara biologi, mahal dalam
daur ulang dan tercemarnya bahan pangan yang dikemas karena adanya zat-zat
tertentu yang termigrasi kedalam bahan pangan tersebut. Salah satu alternatif pemecahannya adalah
penggunaan edible film. Edibel
film merupakan
suatu katagori spesifik dari pengemasan makanan yang didefinisikan sebagai type
pengemasan seperti film, lembaran
atau lapis tipis sebagai bagian integral dari produk pangan dan dapat dimakan
bersama-sama dengan produk tersebut (Karbowiak 2005). Film digunakan dalam produk pangan untuk mencegah transfer massa
antara produk pangan dengan lingkungan sekitar atau antara fase yang berbeda
dari produk pangan campuran (seperti aw
yang berbeda dalam produk pangan yang sama) dan oleh karenanya untuk
menghindari kerusakan mutu pangan karena perubahan physiko-kimia, tekstur atau
reaksi kimia (oksidasi lemak, reaksi Maillard dan reaksi enzymatis). Osorio et
al. (2011) menyatakan bahwa edible
film berfungsi sebagai penghalang uap air sehingga dapat memperpanjang masa
simpan suatu produk. Bonilla et al.
(2012) menyatakan bahwa oksigen merupakan salah satu faktor yang dapat
menurunkan kualitas produk makanan, penggunaan edible film adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi oksigen tersebut.
Menurut Gennadios
et al. (1993) keuntungan-keuntungan
yang diperoleh dari edibel film
dibandingkan pengemas-pengemas non-edibel
adalah :
- dapat langsung dikonsumsi bersama produk yang dikemas sehingga tidak ada sampah kemasan. Jika film tidak dapat dikonsumsi masih dapat didegradasi oleh bakteri sehingga mengurangi polusi lingkungan.
- meningkatkan sifat-sifat organoleptik pangan karena kedalamnya dapat ditambahkan flavor, pewarna, dan pemanis.
- dapat digunakan sebagai suplemen gizi.
- dapat diterapkan pada produk-produk yang berukuran kecil.
- dapat diaplikasikan di dalam produk yang heterogen sebagai penyekat antara komponen makanan yang berbeda.
- dapat berfungsi sebagai pembawa senyawa antimikroba dan antioksidan.
Beberapa bahan-bahan
yang dapt digunakan sebagai bahan pembuat edible film yaitu: protein (gluten gandum,
kolagen, gelatin, keratine, kasein, dan kedelai),
polisakarida (selulosa turunan hydrosoluble, pati, alginat,
pektin, karagenan) dan lipid (lilin, trigliserida, minyak, dan asam
lemak) semua
bahan-bahan ini dapat digunakan sendiri atau bersama-sama, dengan adanya kemasan yang terbuat dari edible film ini maka diharapkan
penggunaan plastik sintetis sebagai pengemas produk pangan oleh perusahaan/industri
pangan dapat dikurangi sehingga dampaknya yaitu dapat mengurangi limbah/sampah plastik
di lingkungan sekitar kita.
edible film |
mantapppppp ...
BalasHapusrasanya aq ingat lah fotonya itu dimana dan siapa yang foto
Kemasan biogradable yang oke coba cek di sini : Dus Makanan
BalasHapus